Mine

Mine

Rabu, 05 Juni 2013

Penatalaksanaan Luka Bakar

8.       Penatalaksanaan Luka Bakar
i.      Secara sistemik penatalaksanaan luka bakar dapat dilakukan sistemik dengan menggunakan metode 6C, yaitu clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering, and comforting.
a.       Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahkan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan sampai fase cleaning.
b.      Cooling : dinginkan daerah yang terkena luka bakardengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu dibawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit, baru disiram dengan air mengalir.
c.       Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
d.      Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberika pada luka yang lebih dalam dari superficial partial-thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superficial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
e.       Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superficial tidak perlu ditutup dengan kassa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli, atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
f.       Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. (1)
ii.    Penanganan awal luka bakar berjalan sesuai dengan prinsip advanced Trauma Life Support  yaitu :
a.       Airway, penilaian mengenai kondisi saluran napas. Jika terhambat perlu diberi alat bantu pernapasan. Hal ini dapat terjadi karena sumbatan jalan nafas atas (larynx, pharynx) akibat cedera inhalasi yang ditandai dengan kesulitan nafas (stridor hoarsness). Jika total tersumbat dilakukan trakeostomi atau pembuatan lubang pada saluran napas.
  1. Breathing atau kemampuan menarik napas. Ada kemungkinan tulang dada patah, atau luka bakar di seluruh dada sehingga kulit mengeras dan penderita tidak bisa bernapas. (eskar). Untuk mengatasi dilakukan sobekan pada daerah kulit mati yang disebut escharotomy.
  2. Circulation yaitu Masalah yang dihadapi pada penenganan fase akut dari luka bakar adalah gangguan pernapasan dan hipovolemik syok.
Cairan resusitasi yang terbaik adalah bila diimbangi dengan kadar elektrolit. Pada formula Evans Brooke, pemberian koloid (darah) bertujuan untuk : mengatasi penurunan HB, disamping itu koloid akan menarik cairan yang mengalami pasasi ekstravaskuler, alasan ini dianggap tidak tepat karena:
·         Syok yang terjadi adalah syok hipovolemia yang hanya memerlukan penggantian cairan.
·         Penurunan kadar HB terjadi karena perlekan eritrosit , trombosit, lekosit dan komponen sel pada dinding pembuluh darah kapiler darah yang mengalami vasokonstriksi sehingga sefara klinis tampak sebagai kondisi anemia
·         Sementara terjadi gangguan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran plasma pemberian koloid tidak akan efektif dan akan menaikkan beban jantung, paru dan ginjal.
·         Pemberian cairan isotonis yang diperkaya denagan elektrolit
·         Koloid atau plasma diberikan (bila diperlukan) setelah sirkulasi mengalami pemulihan (lebih dari 24-36 jam).
Sampai sekarang diyakini RL merupakan cairan yang paling sering diberikan pada resusitasi luka bakar.
Metoda
Elektrolit
Koloid
Dextrose
Evans
1        cc/kgBB/%


ü  (NaCl 0,9%)1 cc/kgBB/%2000 cc dws
ü  1000 cc anak2Brook1,5 cc/kgBB/%
ü  ( R.L )0,5 cc/kgBB/%2000 cc dws
ü  1000 cc anak2Baxter4 cc/kgBB/%
ü  ( R.L )
iii.  Tatalaksana Nutrisi
Perlu dipertimbangkan pemasangan pipa lambung terutama saat terjadi ileus paralitik. Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut peristaltik usus menurun karena terjadi syok, sedangkan pada fase mobilisasi terjadi karena menurunnya ion kalium. Pemberian nutisi yang adekuat sangat bermanfaat, karena pemberian kalori dan protein yang adekuat untuk kebutuhan energi sangat diperlukan unutk pemeliharaan, anabolisme dan penyembuhan. Salah satu yang digunakan adalah Formula Curreri :
Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal x (% luka bakar)
Anak     : 60 kal/kgBB + 35 kal x (% luka bakar).
Untuk roborantia diberikan protein dan mineral yang berperan besar dalam metabolisme khususnya sintesis protein. Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen, yang dapat diberikan sebanyak 500mg/hari. Vitamin A berperan dalam epitelisasi, sintesis kolagen dan resistensi terhadap infeksi. Pada pasien luka bakar diberikan 25.000 IU. Juga dapat ditambahkan seng (Zn) yang berperan untuk sintesis protein, dan nyata membantu penyembuhan. Fe juga baik untuk memperbaiki transportasi oksigen.
iv.  Pemberian obat-obatan
a.    Antibiotika
Pemberian antibiotik ini diberikan untuk mengatasi infeksi :
1.      Tindakan aseptik
2.      Pencucian dan perawatan luka
3.      Tindakan nekrotomi dan debridement
4.      Pemberian antibiotik topikal dan sistemik.
Pemberian antibiotik dilihat dari tujuannya :
§  Antibiotik profilaksis
Pemberian dilakukan secara sistemik yang ditujukan mencegah berkembangnya infeksi saat melakukan tindakan, yang didasarkan pola kuman setempat. Pemberian secara intravena satu kali pemberian dalam waktu 30 menit sebelum melakukan tindakan, dan dapat dilanjutkan selama 24 jam pertama pasca tindakan.
§  Antibiotik terapik
Pemberian secara sistemik ini ditujukan untuk mengatasi infeksi yang sudah terjadi sesuai dengan pemeriksaan kultur dan resistensi.
§  Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik ditujuakan mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Didasarkan pada pola kuman dan resistensi kuman. Bentuk krim lebih bermanfaat dibandingkan salep.
b.    Analgetika
Analgetika yang efektif adalah morfin dan petidin, diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian IM karena gangguan sirkulasi sehingga dapat tertimbun di dalam otot.
c.    Antasida, H2 blocker untuk mengatasi keadaan curling’s ulcer.
d.   Anti tetanus : diberikan pada luka bakar derajat II dan III. Bila serum ATS diberikan 1500 IU (dewasa) dan 750 IU (anak). Bila diberikan dalam bentuk toksoid sebanyak 1 cc (dewasa) dan 0,5 cc (anak). (2)
Referensi :
2.       http://patofisiologi.com/luka-bakar-3/