8.
Penatalaksanaan Luka Bakar
i.
Secara sistemik
penatalaksanaan luka bakar dapat dilakukan sistemik dengan menggunakan metode
6C, yaitu clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering, and
comforting.
a.
Clothing : singkirkan semua
pakaian yang panas atau terbakar. Bahkan pakaian yang menempel dan tak dapat
dilepaskan maka dibiarkan sampai fase cleaning.
b.
Cooling : dinginkan daerah
yang terkena luka bakardengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari
hipotermia (penurunan suhu dibawah normal, terutama pada anak dan orang tua).
Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres
dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa
dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi.
Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata,
siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab
luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit, baru
disiram dengan air mengalir.
c.
Cleaning : pembersihan
dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang
jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko
infeksi berkurang.
d.
Chemoprophylaxis : pemberian
anti tetanus, dapat diberika pada luka yang lebih dalam dari superficial
partial-thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi,
dapat diberikan kecuali pada luka bakar superficial. Tidak boleh diberikan pada
wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui
dengan bayi kurang dari 2 bulan.
e.
Covering : penutupan luka
bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar
superficial tidak perlu ditutup dengan kassa atau bahan lainnya. Pembalutan
luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka
bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli, atau larutan lainnya, menghambat
penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
f.
Comforting : dapat dilakukan
pemberian pengurang rasa nyeri. (1)
ii. Penanganan
awal luka bakar berjalan sesuai dengan prinsip advanced Trauma Life Support
yaitu :
a.
Airway, penilaian mengenai kondisi saluran napas. Jika
terhambat perlu diberi alat bantu pernapasan. Hal ini dapat terjadi karena
sumbatan jalan nafas atas (larynx, pharynx) akibat cedera inhalasi yang
ditandai dengan kesulitan nafas (stridor
hoarsness). Jika total tersumbat dilakukan trakeostomi atau pembuatan
lubang pada saluran napas.
- Breathing atau kemampuan menarik napas. Ada kemungkinan tulang dada patah, atau luka bakar di seluruh dada sehingga kulit mengeras dan penderita tidak bisa bernapas. (eskar). Untuk mengatasi dilakukan sobekan pada daerah kulit mati yang disebut escharotomy.
- Circulation yaitu Masalah yang dihadapi pada penenganan fase akut dari luka bakar adalah gangguan pernapasan dan hipovolemik syok.
Cairan resusitasi yang terbaik adalah bila diimbangi
dengan kadar elektrolit. Pada formula Evans Brooke, pemberian koloid
(darah) bertujuan untuk : mengatasi penurunan HB, disamping itu
koloid akan menarik cairan yang mengalami pasasi ekstravaskuler, alasan ini
dianggap tidak tepat karena:
·
Syok yang terjadi adalah syok hipovolemia yang hanya memerlukan
penggantian cairan.
·
Penurunan kadar HB terjadi karena perlekan eritrosit , trombosit,
lekosit dan komponen sel pada dinding pembuluh darah kapiler darah yang mengalami
vasokonstriksi sehingga sefara klinis tampak sebagai kondisi anemia
·
Sementara terjadi gangguan permeabilitas kapiler yang
mengakibatkan kebocoran plasma pemberian koloid tidak akan efektif dan
akan menaikkan beban jantung, paru dan ginjal.
·
Pemberian cairan isotonis yang diperkaya denagan elektrolit
·
Koloid atau plasma diberikan (bila diperlukan) setelah sirkulasi
mengalami pemulihan (lebih dari 24-36 jam).
Sampai sekarang diyakini RL merupakan cairan yang paling sering
diberikan pada resusitasi luka bakar.
Metoda
|
Elektrolit
|
Koloid
|
Dextrose
|
Evans
|
1
cc/kgBB/%
|
ü (NaCl 0,9%)1
cc/kgBB/%2000 cc dws
ü 1000 cc anak2Brook1,5
cc/kgBB/%
ü ( R.L )0,5 cc/kgBB/%2000
cc dws
ü 1000 cc anak2Baxter4
cc/kgBB/%
ü ( R.L )
iii. Tatalaksana Nutrisi
Perlu dipertimbangkan
pemasangan pipa lambung terutama saat terjadi ileus paralitik. Pada luka bakar
berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut peristaltik usus menurun
karena terjadi syok, sedangkan pada fase mobilisasi terjadi karena menurunnya
ion kalium. Pemberian nutisi yang adekuat sangat bermanfaat, karena
pemberian kalori dan protein yang adekuat untuk kebutuhan energi sangat
diperlukan unutk pemeliharaan, anabolisme dan penyembuhan. Salah satu yang
digunakan adalah Formula Curreri :
Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal x (% luka
bakar)
Anak : 60
kal/kgBB + 35 kal x (% luka bakar).
Untuk roborantia diberikan protein dan
mineral yang berperan besar dalam metabolisme khususnya sintesis protein.
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen, yang dapat diberikan sebanyak
500mg/hari. Vitamin A berperan dalam epitelisasi, sintesis kolagen dan
resistensi terhadap infeksi. Pada pasien luka bakar diberikan 25.000 IU. Juga
dapat ditambahkan seng (Zn) yang berperan untuk sintesis protein, dan nyata
membantu penyembuhan. Fe juga baik untuk memperbaiki transportasi oksigen.
iv. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotika
Pemberian antibiotik ini diberikan untuk mengatasi
infeksi :
1.
Tindakan aseptik
2.
Pencucian dan perawatan luka
3.
Tindakan nekrotomi dan debridement
4.
Pemberian antibiotik topikal dan
sistemik.
Pemberian antibiotik dilihat dari
tujuannya :
§ Antibiotik profilaksis
Pemberian dilakukan secara sistemik yang ditujukan mencegah berkembangnya
infeksi saat melakukan tindakan, yang didasarkan pola kuman setempat. Pemberian
secara intravena satu kali pemberian dalam waktu 30 menit sebelum melakukan
tindakan, dan dapat dilanjutkan selama 24 jam pertama pasca tindakan.
§ Antibiotik terapik
Pemberian secara sistemik ini ditujukan untuk mengatasi infeksi yang sudah
terjadi sesuai dengan pemeriksaan kultur dan resistensi.
§ Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik ditujuakan mencegah dan mengatasi infeksi yang
terjadi pada luka. Didasarkan pada pola kuman dan resistensi kuman. Bentuk krim
lebih bermanfaat dibandingkan salep.
b. Analgetika
Analgetika yang efektif adalah morfin dan petidin, diberikan secara
intravena. Hati-hati dengan pemberian IM karena gangguan sirkulasi sehingga
dapat tertimbun di dalam otot.
c. Antasida, H2 blocker untuk
mengatasi keadaan curling’s ulcer.
d. Anti tetanus : diberikan pada luka bakar derajat II dan III. Bila serum
ATS diberikan 1500 IU (dewasa) dan 750 IU (anak). Bila diberikan dalam bentuk
toksoid sebanyak 1 cc (dewasa) dan 0,5 cc (anak). (2)
Referensi :
2. http://patofisiologi.com/luka-bakar-3/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar